TEMPO.CO, Jakarta - Paris Saint-Germain (PSG) tampaknya baik-baik saja tanpa Kylian Mbappe. Sepeninggal bintangnya itu, mereka justru mampu tampil sangat tajam di Liga Prancis (Ligue 1) dengan mencetak 10 gol dalam dua laga.
PSG menggilas Montpellier 6-0 pada pekan kedua Liga 1, Jumat malam, 23 Agustus. Sebelumnya, mereka menang 4-1 di kandang Le Havre.
Ini menjadi perkembangan menggembirakan bagi pelatih PSG, Luis Enrique, yang ditinggal Mbappe. Ia harus melihat bintang terbesarnya itu hengkang ke Real Madrid dengan status bebas transfer alias gratisan.
“Baru dua pertandingan tapi saya sangat senang dengan apa yang saya lihat,” kata Luis Enrique, kepada DAZN, seusai laga melawan Montpellier. “Saya sangat senang karena ini adalah pertandingan kandang pertama kami. Kami ingin memberikan kegembiraan kepada para penggemar. Itu adalah malam yang sempurna. Saya merasakannya saat latihan, intensitas pressing meningkat.”
Kenapa PSG bisa tetap tampil tajam, bahkan lebih tajam, sepeninggal Mbappe? Padahal, pada bursa transfer kali ini, PSG juga tak merekrut nama besar. Mereka hanya mendatangkan Matvey Safonov (kiper), Joao Neves, Willian Pacho, dan Desire Doue.
Jawaban dari pertanyaan itu antara lain bisa dirunut dari “sindrom bintang”. Klub-klub yang memiliki pemain bintang dengan nama dan kemampuan sangat menonjol –seperti Mbappe, Lionel Messi, atau Cristiano Ronaldo– biasanya memiliki kecenderungan untuk ketergantungan pada sosok besar itu. Semua permainan tim berpusat padanya, juga harapan untuk mencetak gol.
Kondisi tersebut biasanya menyebabkan potensi dan kemampuan pemain lain kurang terasah atau tereksploitasi secara maksimal. Ketika Sang Bintang pergi, yang terjadi kemudian seperti terjadi “liberasi” atau pembebasan. Para pemain lain leluasa berkreasi dan menunjukkan kemampuannya tanpa harus selalu merisaukan keberadaan Sang Bintang berada. Mereka lepas dari beban untuk mengoper pada Sang Primadona tersebut, sehingga bisa memaksimal kreativitasnya demi mencetak gol.
Akibat dari kondisi ini, biasanya, fokus permainan menjadi tersebar ke semua lini serang. Beban mencetak gol juga terbagi lebih merata pada semua pemain. Nama-nama bintang baru yang mampu menjebol gawang lawan juga kerap bermunculan.
Di PSG, dalam dua laga yang sudah dijalani, Bradley Barcola tampil sebagai sosok yang mencorong. Ia sudah mencetak tiga gol, termasuk dua ke gawang Montpellier.
Lee Kang-in menyumbang dua gol dalam dua laga PSG. Nama-nama Achraf Hakimi, Warren Zaire-Emery, Ousmane Dembele, Marco Asensio, dan Randal Kolo Muani juga ikut mencatatkan namanya di papan skor.
Bagi Luis Enrique, potensi ketajaman para pemainnya dalam dua laga yang sudah dijalani sangat menggembirakan. “Kami mencetak enam gol tetapi kami bisa saja mencetak 10 gol. Hari ini adalah malam kami ... para pemain luar biasa. Ini adalah perasaan yang luar biasa,” kata dia.
PSG sedang mengincar gelar liga keempatnya di Ligaue 1 secara beruntun. Dalam laga berikutnya, mereka akan melawan Lille pada 2 September.
MARCA | AS
Pilihan Editor: Kanal YouTube Cristiano Ronaldo Pecahkan Rekor, Begini Perbandingan Pelanggannya dengan MU, Liverpool, Real Madrid, Barcelona, dan FIFA