GOR tersebut dibangun secara bertahap sejak tahun 2003 hingga 2008 dan menghabiskan dana Rp 16 miliar. Terdapat satu stadion sepakbola dan beberapa fasilitas olah raga lainnya.
Dari pengataman TEMPO, Kamis (15/4) tampak tiang besi penyangga bangunan sudah kusam dan berkarat. Atap tribun utama yang terbuat dari fiber glass dan atap untuk istirahat pemain dan pelatih yang ada di pinggir lapangan kondisinya juga rusak berat. Kondisi lapangan sepakbola juga sangat tidak layak. Rumput liar dan ilalang tampak tumbuh subur di mana-mana. Sebagian besar tembok yang mengelilingi GOR sudah tampak kusam dan berlumut.
Agus Purwanto, 27 tahun, warga Madiun menyesalkan kondisi GOR yang tidak terurus itu. Dia menilai Pemerintah Kabupaten Madiun tidak serius dalam soal pembinaan bidang olah raga. “GOR saja kondisinya terbengkalai, apalagi pembinaan terhadap atlet,” ucapnya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola GOR Pangeran Timur Sudarsono mengakui keterbatasan anggaran mengakibatkan kurang terawatnya fasilitas yang ada di gedung olah raga tersebut. Jumlah tenaga yang merawat GOR juga terbatas. “Hanya ada lima orang pegawai Dinas Kebersihan dan Pertmanan yang mengurusnya, semestinya lebih,” paparnya.
Pada tahun 2010 dana yang tersedia hanya Rp 70 juta. Bahkan tahun 2009 cuma Rp 50 juta. ”Dana sebesar itu sangat minim,” katanya. Menurut dia, dana yang dibutuhkan minimal Rp 200 juta. ISHOMUDDIN.