TEMPO.CO, Jakarta - Pebulu tangkis tunggal putri Thailand, Ratchanok Intanon, berhasil menjuarai Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis setelah melalui pertarungan sengit rubber game menaklukkan pebulu tangkis nomor satu dunia asal Cina, Li Xuerui, 22-20, 18-21, 21-14 pada pertandingan babak final di Guangzhou, Cina, Ahad, 11 Agustus 2013.
Ratchanok yang baru berusia 18 tahun menjadi juara dunia termuda. Prestasi pemain putri Thailand ini terbilang istimewa sejak masih junior. Dia tampil sebagai juara dunia junior tiga tahun berturut-turut, 2009, 2010, 2011.
Meskipun tinggi badannya hanya 1,67 meter dan berat 59 kilogram, Ratchanok yang mungil ini memiliki pergerakan yang sangat bagus. ia mampu menutup lapangan dengan cepat sehingga dapat mengembalikan bola yang ditempatkan Li di tempat-tempat kosong lapangan permainannya.
Itulah sebabnya Ratchanok yang menempati peringkat ketiga dunia ini membuat Li, 22 tahun, takluk di game pertama dengan skor ketat, 22-20. Kehilangan game pertama ini merupakan kejutan besar bagi Li.
Pada game kedua, Li bermain lebih agresif ketimbang di set pertama. Dengan cara inilah Li mampu memimpin perolehan angka sejak set kedua dimulai. Saat Li mendapatkan match point, Ratchanok membuat kesalahan sendiri sehingga game kedua yang berakhir 21-18 itu menjadi milik Li.
Kemenangan di game kedua membuat Li terlampau percaya diri untuk memenangi game ketiga penentuan. Pemain Cina ini bermain terburu-buru seolah ingin secepatnya mengakhiri perlawanan Ratchanok. Namun, Ratchanok bukanlah pemain yang mudah diprovokasi. Pemain putri Thailand ini tampil tetap tenang dan fokus mementahkan serangan Li.
Banyak kesalahan dilakukan Li karena bermain tegang dan terburu-terburu. Kesempatan itulah yang dimanfaatkan dengan baik oleh Ratchanok untuk menekan Li. Akibatnya Ratchanok berhasil menekan Li. Ratchanok tampil terus menekan hingga akhirnya menjinakkan Li dengan skor telak 21-14.
Mantan pebulu tangkis putri Indonesia, Ivana Lie, menyebut prestasi Ratchanon luar biasa. “Ratchanok memiliki permainan yang sangat bagus,” ujar Ivana, juara dunia ganda campuran 1985. ”Permainannya mengingatkan kita pada legenda bulu tangkis Indonesia, Susi Susanti,” ujar Ivana saat menyaksikan siaran langsung di kediaman Menpora Roy Suryo.
Ivanna berharap klub-klub yang tersebar di berbagai penjuru Tanah Air dapat melahirkan pemain tunggal putri penerus Susi Susanti. Menurut dia, kuncinya ada pada perluasaan pembinaan bulu tangkis hingga ke sekolah-sekolah.
Sementara itu, gelar juara ganda putri menjadi milik pasangan Cina, Wang Xiaoli/Yu Yang. Ganda Cina ini berhasil mempertahankan gelar juara dunia setelah mengalahkan pasangan Korea Selatan unggulan kedelapan, Hye Won Eom/Ye Na Jang, dalam tiga game, 21-14, 18-21, 21-8.
GADI MAKITAN