Kasus George Floyd, IOC Tetap Tak Izinkan Atlet Protes Damai?

Reporter

Antara

Editor

Yudono Yanuar

Rabu, 10 Juni 2020 12:17 WIB

Atlet AS Tommie Smith dan John Carlos di Olimpiade 1968 di Kota Meksiko, mengacungkan kepal berbalut kain hitam sebagai protes atas rasisme. (history.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Merebaknya gerakan anti-rasisme, yang banyak dilakukan atlet menyusul kematian George Floyd, akan dibahas dalam rapat dewan eksekutif IOC pada Rabu ini, 10 Juni 2020.

Selama ini, Komite Olimpiade Internasional (IOC) melarang atlet menggelar aksi protes terkait kematian George Floyd pada saat pelaksanaan Olimpiade, demikian dikutip dari Reuters, Rabu, 10 Juni 2020.

Dalam peraturan nomor 50 Piagam Olimpiade disebutkan bahwa “tidak ada satu pun aksi demonstrasi terkait isu politik, isu agama atau isu rasial yang diizinkan di seluruh tempat atau area penyelenggaraan Olimpiade.”

Atlet-atlet yang melanggar peraturan tersebut akan dikenai sanksi disiplin berdasarkan kasus per kasus. Pada Januari 2020, IOC juga telah mengeluarkan pedoman yang melarang aksi protes yang disampaikan melalui gestur tubuh, termasuk berlutut atau gerakan lainnya.

Menurut IOC, pedoman tersebut masih berlaku sampai dengan saat ini.

Pada 25 Mei 2020, seorang pria Afrika-Amerika berusia 46 tahun bernama George Floyd tewas setelah seorang polisi menekankan lutut ke lehernya selama hampir sembilan menit di Minneapolis, Amerika Serikat.

Advertising
Advertising

Kematiannya pun lantas memicu aksi protes di seluruh dunia terkait masalah ketidakadilan rasial. Bahkan, sejumlah pesepakbola di Bundesliga Jerman turut menyampaikan pesan dukungan mereka selama pertandingan.

FIFA yang sebelumnya sama sekali tidak memberikan toleransi terhadap para pemain yang menyampaikan aspirasi mereka di lapangan, akhirnya meminta penyelenggara liga-liga sepak bola untuk lebih menggunakan "akal sehat" terkait aksi protes kematian Floyd.

Di sisi lain, Komisaris Liga Sepakbola Amerika NFL Roger Goodell mengakui NFL telah membuat kesalahan karena tidak mendengarkan suara para pemain. Goodell pernah dikritik dalam menangani aksi protes sambil berlutut yang dilakukan oleh Colin Kaepernick pada 2016 lalu.

Sejak saat itu, pihaknya terus mendorong para pemain untuk menyampaikan aspirasi mereka dan melakukan “protes dengan damai.”

Aksi protes yang dilakukan atlet saat Olimpiade memang jarang terjadi. Namun pada Olimpiade 1968 di Kota Meksiko, sprinter kulit hitam asal Amerika Serikat Tommie Smith dan John Carlos menundukkan kepala mereka sambil mengangkat tinju bersarung hitam di podium untuk memprotes ketidakadilan rasial.

Feyisa Lelisa. [Reuters]

Kemudian pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, pelari maraton asal Ethiopia Feyisa Lilesa mengangkat dan menyilangkan kedua tangannya ketika melewati garis finis sebagai bentuk dukungan terhadap aksi protes yang dilakukan oleh suku Oromo kepada pemerintah yang berencana untuk merelokasi lahan pertanian mereka.

Berita terkait

Mengapa Jarak Lari Maraton Sejauh 42 Kilometer?

23 jam lalu

Mengapa Jarak Lari Maraton Sejauh 42 Kilometer?

Jarak lari maraton sejauh 42 kilometer tidak lepas dari sejarah Yunani Kuno, perhelatan Olimpiade pertama, hingga campur tangan Kerajaan Inggris.

Baca Selengkapnya

7 Fakta Menarik Laga Perempat FInal Piala Asia U-23 2024, Kiprah Timnas Indonesia Jadi Sorotan

1 hari lalu

7 Fakta Menarik Laga Perempat FInal Piala Asia U-23 2024, Kiprah Timnas Indonesia Jadi Sorotan

Piala Asia U-23 2024 mulai mendekati laga puncak. Empat tim akan bersaing pada babak semifinal yang akan dimainkan hari Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Profil Maulwi Saelan Cs, Tentara Bawa Harum Timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956

1 hari lalu

Profil Maulwi Saelan Cs, Tentara Bawa Harum Timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956

Timnas Indonesia pernah berlaga di Olimpiade Melbourne pada 29 November 1956. Maulwi Saelan cs berhasil melaju hingga perempat final.

Baca Selengkapnya

Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

2 hari lalu

Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

Timnas Indonesia pernah menjadi perbincangan era 1950-an kala melawan Uni Soviet di perempat final Olimpiade Melbourne 1956 pada 29 November 1956.

Baca Selengkapnya

Daftar Atlet Indonesia yang Sudah Lolos ke Olimpiade 2024: 18 Lewat Kualifikasi, 2 Lewat Wild Card

7 hari lalu

Daftar Atlet Indonesia yang Sudah Lolos ke Olimpiade 2024: 18 Lewat Kualifikasi, 2 Lewat Wild Card

Indonesia kembali menambah atlet yang lolos ke Olimpiade 2024, yakni atlet dayung putra La Memo.

Baca Selengkapnya

Atlet Dayung Indonesia La Memo Berhasil Raih Tiket Olimpiade 2024

7 hari lalu

Atlet Dayung Indonesia La Memo Berhasil Raih Tiket Olimpiade 2024

Atlet dayung putra Indonesia La Memo berhasil meraih tiket Olimpiade 2024. Lolos untuk kedua kalinya.

Baca Selengkapnya

Kento Momota Putuskan Pensiun dari Bulu Tangkis Dunia Usai Piala Thomas 2024

10 hari lalu

Kento Momota Putuskan Pensiun dari Bulu Tangkis Dunia Usai Piala Thomas 2024

Juara bulu tangkis dunia dua kali Kento Momota mengumumkan segera pensiun pada usia 29 tahun.

Baca Selengkapnya

Masuk Sekolah Tinggi Intelijen Negara atau STIN Bisa Jalur Talent Scouting, Ini Penjelasannya

10 hari lalu

Masuk Sekolah Tinggi Intelijen Negara atau STIN Bisa Jalur Talent Scouting, Ini Penjelasannya

Talent scouting adalah salah satu jalur untuk mendaftar ke Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN). Berikut adalah sejumlah talenta yang bisa dipilih.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia Antarklub 2025 Pakai Format Baru: Ini 24 Tim yang Sudah Lolos, Slot UEFA Sudah Terpenuhi

11 hari lalu

Piala Dunia Antarklub 2025 Pakai Format Baru: Ini 24 Tim yang Sudah Lolos, Slot UEFA Sudah Terpenuhi

Piala Dunia Antarklub 2025 alias FIFA Club World Cup 2025 akan memakai format baru, diikuti 32 tim. Ini daftar yang sudah lolos.

Baca Selengkapnya

Legenda Sepak Bola Jerman dan Klub Eintracht Frankfurt, Bernd Holzenbein Meninggal di Usia 78 Tahun

12 hari lalu

Legenda Sepak Bola Jerman dan Klub Eintracht Frankfurt, Bernd Holzenbein Meninggal di Usia 78 Tahun

Bernd Holzenbein menjadi bagian dari generasi emas sepak bola Jerman yang menjadi juara Piala Dunia 1974.

Baca Selengkapnya