Ahmed Hafnaoui, Atlet Remaja yang Mengguncang Kolam Renang Olimpiade Tokyo

Reporter

Antara

Editor

Nurdin Saleh

Minggu, 25 Juli 2021 21:50 WIB

Perenang Tunisia Ahmed Hafnaoui meraih medali emas Olimpiade Tokyo. REUTERS/Marko Djurica

TEMPO.CO, Jakarta - Atlet remaja asal Tunisia, Ahmed Hafnaoui, membuat kejutan besar di arena renang Olimpiade Tokyo. Ia tampil sebagai undergog dan kemudian menggebrak dengan meraih emas nomor 400 meter gaya bebas putra, Ahad, 25 Desember.

Ahmed Hafnaouibahkan berenang dari lintasan non medali, bukan dari lintasan 5 atau 4 yang hampir selalu menjadi jaminan medali, kalau bukan medali emas.


Dia memulai lomba di Tokyo Aquatics Centre itu dari lintasan 8. Tetapi luar biasa. Remaja usia 18 tahun dari Tunisia itu menjadi atlet pertama di kolam renang Tokyo 2020 yang membuat kejutan.

Dari lintasan 8 itu dia menyisihkan nama-nama besar seperti juara dunia Jack McLoughlin dari Australia dan perenang Jerman Henning Bennet Muhlleitner serta Felix Auboeck dari Austria yang berenang di lintasan emas 4 dan 5, dalam nomor 400 meter gaya bebas putra.

Memang bukan rekor Olimpiade, dan apalagi bukan rekor dunia, tetapi waktu yang dia bukukan 3 menit 29,69 detik adalah yang tercepat dalam final 400 meter gaya bebas putra Olimpiade Tokyo itu.

McLoughlin sendiri tercecer 3,7 detik di belakang Hafnoui sehingga harus puas mendapatkan medali perak. Sedangkan Kieran Smith dari Amerika Serikat kebagian medali perunggu setelah menjadi perenang ketiga tercepat yang menyentuh dinding kolam.

"Saya sungguh tak percaya. Ini mimpi yang menjadi kenyataan. Luar biasa, ini lomba terbaik saya," kata Hafnaoui seperti dikutip BBC.

Ini adalah emas kelima Tunisia selama berkiprah dalam Olimpiade, dan sekaligus yang ketiga dari kolam renang.

Pada pagi dia memenangkan lomba ini, tepatnya pada final keempat dan merupakan final terakhir untuk hari ini di kolam renang, kejutan lain tercipta saat Australia yang menjadi juara bertahan estafet 4x100 meter putri memecahkan rekor dunia dan Olimpiade.

Perenang Tunisia Ahmed Hafnaoui meraih emas Olimpiade Tokyo. REUTERS/Aleksandra Szmigiel/File


Kuartet yang terdiri dari dua bersaudara Bronte dan Cate Campbell, Emma McKeon dan Meg Harris mencatat waktu 3 menit 29,69 detik yang merupakan rekor dunia dan Olimpiade yang baru.

Dua medali emas lainnya digondol oleh perenang Amerika Serikat Chase Kalisz dari 400m gaya ganti perseorangan putra setelah mencatat waktu 4 menit 9,42 detik dan perenang tuan rumah Yui Ohasi yang finis tercepat dalam final 400m gaya ganti putri setelah mencatat waktu 4 menit 2,08 detik.

Namun yang paling mengejutkan di antara itu semua tentu saja adalah Ahmed Hafnaoui. Apalagi saat memasuki final ini, putra dari mantan pemain basket Tunisia Mohamed Hafnaoui itu menjadi perenang bercatatan waktu paling lambat dibandingkan dengan tujuh perenang lainnya dalam final itu.

Sebelum merebut medali emas, dia bahkan memiliki catatan waktu terbaik sepanjang kariernya pada 3 menit 49,9 detik.

Selanjutnya: Kerja Keras Kuncinya...
<!--more-->
Karena kerja keras

Namun itu tidak membuatnya berkecil hati. Dia menggenjot kayuhan dan gerakan tubuhnya pada 50 meter terakhir untuk menjadi perenang pertama yang menyentuh dinding kolam yang berselisih 2,22 detik lebih cepat dari waktu tercepat yang dia torehkan pada kualifikasi.

Begitu berbalik melihat papan catatan waktu elektronik, dia kaget, tak mengira telah menjuarai lomba renang ini. Dia kemudian mengepalkan tangannya ke udara sambil diarahkan kepada papan catatan waktu elektronik itu.

Ketika diminta menjelaskan bagaimana dia bisa melesat bagai meteor dari semula sebagai perenang yang hanya finis urutan delapan dalam Youth Olympic Games 2018 menjadi juara Olimpiade 2020, Ahmed Hafnaoui menjawab, "saya cuma bekerja keras bersama pelatih saya, itu saja."

Ahmed Hafnaoui (Tunisia), Jack McLoughlin (Australia), Kieran Smith (Amerika) di panggung menganugerahan medali nomor 400 meter gaya bebas putra Olimpiade Tokyo. REUTERS/Marko

Hafnaoui menjadi orang Tunisia kedua yang menyabet medali emas Olimpiade setelah spesialis renang jarak jauh Oussama Mellouli mempersembahkan medali emas 1.500 meter dan 10.000 meter gaya bebas putra pada Olimpiade Beijing 2008, kepada Tunisia saat Hafnaoi masih berusia lima tahun.

Tetapi Hafnaoui mengaku berhubungan baik dengan seniornya itu yang masih akan memperkuat negaranya di Tokyo 2020 dengan berlomba pada nomor spesialisasinya 10.000 meter. "Saya berteman dengan dia. Dia legenda. Saya berdoa semoga seperti dia suatu hari nanti," kata dia.

Hafnaoui sudah mengawali langkah ke arah level di mana Mellouli sang senior berada. Tetapi tetap saja kemenangan ini masih mengejutkannya. Dia tak menyangka medali emas Olimpiade menjadi miliknya.

"Tentu saja saya sendiri kaget. Luar biasa. Saya belum yakin sampai saya menyentuh dinding dan melihat saya menjadi yang pertama," kata Hafnaoui seperti dikutip Daily Mail.

Sebaliknya Jack McLoughlin sama sekali tidak kaget kepada kejutan yang diciptakan Hafnaoui. "Ini Olimpiade dan segalanya bisa terjadi. Ahmed juara dan mencatat waktu terbaik itu sungguh hebat, salut untuk dia," kata McLoughlin, sportif.

McLoughlin yang menjadi favorit emas untuk nomor ini juga tak menyalahkan siapa dan apa pun, termasuk kondisi sulit akibat pandemi.

Dia juga tak mengeluhkan protokol kesehatan yang ketat diberlakukan Jepang, apalagi negaranya Australia sama kerasnya dalam menerapkan protokol kesehatan COVID-19.

Pun dia tak mau sembarangan berkata soal doping dalam nomor ini, walaupun penguasa nomor ini yang berasal dari China, Sun Yang, tersangkut skandal doping sampai kemudian dilarang mengikuti lomba-lomba internasional, termasuk Olimpiade Tokyo ini.

"Kami menjalani tes yang ketat, sudah biasa. Sejak kami di sini, kami menjalani banyak tes dan Jepang sudah melakukan hal yang sungguh bagus dalam tes doping kepada semua orang," kata McLoughlin.

Selanjutnya: Kejutan Lain Menanti?
<!--more-->
Berikutnya 800m gaya bebas

Nada sama sportif disampaikan oleh perenang Amerika Serikat Kieran Smith yang kebagian perunggu dalam nomor ini.

Smith mengaku memang tak tahu sedikit pun soal perenang Tunisia itu, tetapi sama sekali tak ada nada ragu kepada si peraih medali emas 400m gaya bebas putra itu.

“Dia juara Olimpiade 400 meter gaya bebas. Itu saja yang saya tahu,” kata dia seperti dikutip Reuters. “Saya bangga sekali kepada dia,” sambung dia, kali ini dengan nada sportif sekali.

Sementara itu, Hafnaoui yang mulai masuk program renang nasional Tunisia dalam usia 12 tahun, terus saja mengumbar senyum sepanjang seremoni penyerahan medali, dan selama jumpa pers dengan wartawan peliput Olimpiade Tokyo.

Dia bahkan diminta untuk berselfie oleh mereka. Tapi di atas suasana gembira membuncah tinggi itu, Hafnaoui memuji habis-habisan tim pelatihnya yang dia sebut bekerja terlalu keras malah.

“Saya kini juara Olimpiade,” kata dia.

Ahmed Hafnaoui. REUTERS/Kai Pfaffenbach


Tetapi tahukah Anda ketika tiga tahun lalu, ditanya oleh koran La Presse apa target dia dalam Olimpiade 2020 ini. Dia jawab medali emas, bukan 400meter gaya bebas, melainkan 800 meter!

Dan ya, dia akan masuk lagi kolam renang Tokyo Aquatics Centre esok Selasa. Dan kali itu dia akan adu cepat dengan perenang-perenang lain dalam nomor yang sejatinya dia inginkan mendapatkan medali emas, 800 meter gaya bebas putra.

Tapi sang juara Olimpiade ini adalah remaja pada umumnya yang senang kumpul-kumpul bersama teman dan bermain sepak bola.

Dia bilang berencana kuliah di Amerika Serikat, negeri di mana kompetisi renang berlangsung ketat sampai menciptakan manusia-manusia super di kolam renang termasuk Micheal Phelps yang melegenda, atau jagoan renang Singapura Joseph Schooling.

Yang jelas, petualangan Ahmed Hafnaoui masih akan berlanjut, tak berhenti pada Olimpiade Tokyo. Olimpiade dan turnamen-turnamen lain setelah ini sudah masuk buku agendanya.

Berita terkait

Duel Irak vs Indonesia di Piala Asia U-23, Ilham Rio Fahmi Ingin Buat Sejarah ke Olimpiade

22 jam lalu

Duel Irak vs Indonesia di Piala Asia U-23, Ilham Rio Fahmi Ingin Buat Sejarah ke Olimpiade

Ilham Rio Fahmi akan berusaha membalas kepercayaan dari pelatih kepala Shin Tae-yong apabila diturunkan dalam laga Timnas U-23 Irak vs Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mengenal Olympic Phryge, Topi Khas Suku Frigia yang Jadi Maskot Olimpiade Paris 2024

1 hari lalu

Mengenal Olympic Phryge, Topi Khas Suku Frigia yang Jadi Maskot Olimpiade Paris 2024

Olympic Phryge, maskot Olimpiade Paris 2024, diangkat sebagai simbol kebebasan danrepresentasi alegori Republik Prancis.

Baca Selengkapnya

Timnas U-23 Indonesia Hadapi Irak di Perebutan Peringkat Ketiga Piala Asia U-23 2024, Shin Tae-yong Akui Pemain Lelah Mental dan Fisik

3 hari lalu

Timnas U-23 Indonesia Hadapi Irak di Perebutan Peringkat Ketiga Piala Asia U-23 2024, Shin Tae-yong Akui Pemain Lelah Mental dan Fisik

Shin Tae-yong yakin para pemain Timnas U-23 Indonesia bisa tampil baik melawan Irak di Piala Asia U-23 2024 dan meraih tiket Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Mengapa Jarak Lari Maraton Sejauh 42 Kilometer?

5 hari lalu

Mengapa Jarak Lari Maraton Sejauh 42 Kilometer?

Jarak lari maraton sejauh 42 kilometer tidak lepas dari sejarah Yunani Kuno, perhelatan Olimpiade pertama, hingga campur tangan Kerajaan Inggris.

Baca Selengkapnya

7 Fakta Menarik Laga Perempat FInal Piala Asia U-23 2024, Kiprah Timnas Indonesia Jadi Sorotan

5 hari lalu

7 Fakta Menarik Laga Perempat FInal Piala Asia U-23 2024, Kiprah Timnas Indonesia Jadi Sorotan

Piala Asia U-23 2024 mulai mendekati laga puncak. Empat tim akan bersaing pada babak semifinal yang akan dimainkan hari Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Profil Maulwi Saelan Cs, Tentara Bawa Harum Timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956

5 hari lalu

Profil Maulwi Saelan Cs, Tentara Bawa Harum Timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956

Timnas Indonesia pernah berlaga di Olimpiade Melbourne pada 29 November 1956. Maulwi Saelan cs berhasil melaju hingga perempat final.

Baca Selengkapnya

Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

6 hari lalu

Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

Timnas Indonesia pernah menjadi perbincangan era 1950-an kala melawan Uni Soviet di perempat final Olimpiade Melbourne 1956 pada 29 November 1956.

Baca Selengkapnya

Daftar Atlet Indonesia yang Sudah Lolos ke Olimpiade 2024: 18 Lewat Kualifikasi, 2 Lewat Wild Card

11 hari lalu

Daftar Atlet Indonesia yang Sudah Lolos ke Olimpiade 2024: 18 Lewat Kualifikasi, 2 Lewat Wild Card

Indonesia kembali menambah atlet yang lolos ke Olimpiade 2024, yakni atlet dayung putra La Memo.

Baca Selengkapnya

Atlet Dayung Indonesia La Memo Berhasil Raih Tiket Olimpiade 2024

12 hari lalu

Atlet Dayung Indonesia La Memo Berhasil Raih Tiket Olimpiade 2024

Atlet dayung putra Indonesia La Memo berhasil meraih tiket Olimpiade 2024. Lolos untuk kedua kalinya.

Baca Selengkapnya

Kento Momota Putuskan Pensiun dari Bulu Tangkis Dunia Usai Piala Thomas 2024

14 hari lalu

Kento Momota Putuskan Pensiun dari Bulu Tangkis Dunia Usai Piala Thomas 2024

Juara bulu tangkis dunia dua kali Kento Momota mengumumkan segera pensiun pada usia 29 tahun.

Baca Selengkapnya