Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis, Pelarian Thet Htar Thuzar dari Masa Suram Myanmar
Reporter
Terjemahan
Editor
Arkhelaus Wisnu Triyogo
Sabtu, 11 Desember 2021 10:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sesi pelatihan menjelang Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis BWF 2021 bukan hanya ritual penting bagi Thet Htar Thuzar, tetapi juga menjadi pelariannya. Atlet tunggal putri nomor 77 dunia itu berusaha keluar dari arus pemberitaan masa suram di dalam negerinya di Myanmar.
Keadaan sulit di negaranya telah memperumit perjalanannya ke salah satu turnamen terbesar dalam karirnya tersebut. Namun, Thuzar memilih berfokus. Ia menyaring informasi yang mengganggu dan memusatkan energinya untuk bersiap menghadapi kejuaraan dunia.
“Ketika saya berlatih, itu membantu saya menutup diri dari yang lainnya, saya tidak mengikuti berita-berita buruk yang ada,” kata Thuzar, pemain berusia 22 tahun itu, dikutip dari BWF Badminton, Sabtu, 11 Desember 2021.
"Saya mencoba untuk tidak memikirkannya dan hanya fokus pada studi saya dan saya mencoba membuat diri saya sibuk sepanjang waktu." Ini menantang bagi saya. Bulu tangkis itu baik, karena ketika saya berlatih, Anda melupakan hal-hal lain,” ujar dia menambahkan.
Thuzar sedang sibuk mengejar gelar MBA ketika lolos kualifikasinya untuk Kejuaraan Dunia BWF 2021. “Saya mengetahui telah lolos ke kejuaraan dunia bulan Oktober. Semuanya, seperti visa dan penerbangan, menjadi sebuah tantangan. Saya sedang belajar untuk MBA saya jadi saya tidak banyak berlatih. Saya bermain, tetapi tidak fokus untuk mempersiapkan kompetisi. Jadi saya harus mulai bersiap lagi."
Thuzar mengakui pengurusan visa berjalan sulit karena situasi politik dalam negerinya. Ia harus meminta bantuan pihak Kedutaan Besar Spanyol di Thailand untuk mengurus proses administrasinya. “Visanya sulit karena situasi di negara saya. Melalui seseorang yang mengenal duta besar Spanyol di Thailand, saya harus meminta bantuannya dan saya mengikuti instruksinya."
"Kondisi saya sekarang baik, saya bangga saya berada di kejuaraan dunia pertama saya. Saya harap saya bisa melakukannya dengan baik,” kata Thuzar. Kejuaraan dunia adalah turnamen besar keduanya tahun ini setelah Olimpiade Tokyo 2020.
Di sisi lain, ketika bermain di panggung terbesar di dunia menjadi pengalaman dalam karier bulu tangkisnya, ia juga harus berurusan dengan perundungan secara daring karena situasi politik Myanmar. “Pengalaman yang baik adalah saya bisa bermain di Tokyo 2020 tetapi yang buruk adalah saya tidak bisa mendapatkan banyak dukungan dari orang-orang saya karena situasi politik."
“Pertandingan pertama saya dengan Gregoria Mariska Tunjung. Setelah itu orang-orang berkomentar bahwa kalah adalah opsi yang terbaik. Ketika saya membaca itu, saya merasakan banyak tekanan dan kesedihan. Di pertandingan kedua, saya melawan Lianne Tan dan saya merasa sedih tidak bisa tampil dengan baik. Tapi, tidak apa-apa karena saya mencoba yang terbaik di turnamen.”
Positifnya, ketika mendapat perundungan, dia juga mendapatkan banyak penggemar dari Indonesia setelah pertandingan pertamanya. “Setelah Olimpiade saya mendapat banyak penggemar dari Indonesia, jadi saya berterima kasih kepada mereka,” katanya.
Sebagai pengagum Tai Tzu Ying, Thuzar sendiri adalah pemain yang terampil. Pengaruh pemain Cina Taipei pada permainannya sangat jelas. Saat ini berlatih dengan ayahnya dan tiga rekan tandingnya. Thuzar sangat ingin melangkah jauh dalam bulu tangkis dan menetapkan target sederhana untuk menembus 30 besar dunia.
“Kalau saya terus berlatih dan berkompetisi secara internasional, saya bisa masuk 30 besar. Jika saya diizinkan berlatih di luar negeri, saya bisa ke sana. Masalahnya untuk saat ini kami tidak bisa mendapatkan visa dan penerbangan ke turnamen luar negeri. Saya akan melanjutkan pelatihan dengan ayah dan saya akan mempersiapkan turnamen lainnya,” kata Thuzar.
Baca juga : Indonesia Mundur, Masih Ada Dejan / Serena di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis