TEMPO.CO, Jakarta - Atlet panahan Indonesia, Kusuma Wardhani bersama Lilies Handayani dan Nurfitriyana Saiman, yang turun di nomor beregu recurve berhasil meraih medali perak Olimpiade 1988 di Seoul. Raihan itu menjadi medali pertama Indonesia di ajang multicabang terbesar di dunia tersebut.
Kusuma Wardhani menuturkan, sebelum tampil di Olimpiade, mereka digembleng pelatih Donald Pandiangan di pemusatan latihan nasional di Sukabumi selama enam bulan. Mereka juga berkesempatan mengikuti turnamen di Amerika Serikat dan Jerman.
"Latihan itu tidak sia-sia, kami bisa meraih perak yang bisa membanggakan bagi bangsa Indonesia," kata perempuan kelahiran 20 Februari 1964 ini.
Peluang tim panahan bisa meraih medali di Olimpiade sudah diprediksi oleh pengurus Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) setelah ajang SEA Games 1987 di Jakarta. Ketika itu, Kusuma dan kawan-kawannya menyabet sejumlah medali.
"Saya waktu itu (SEA Games 1987) meraih satu medali emas dan dua medali perak. Bahkan berhasil memecahkan rekor Olimpiade pada kategori 70 meter," kata Kusuma.
Menyinggung soal tim panahan untuk Olimpiade 2020 Tokyo yang kini ditargetkan bisa mengulang prestasi di Olimpiade Seoul itu, Kusuma menilai peluang tetap terbuka. Ia mengatakan peluang paling besar pastinya di nomor beregu.
"Jadi kita harus meraih tiket nomor beregu dulu, karena kalau perorangan masih sulit," kata dia.
Saat ini tim panahan tengah berupaya mendapatkan tambahan kuota ke Olimpiade 2020 dari nomor beregu. Peluang itu masih terbuka di ajang Kejuaraan Dunia 2020 di Berlin, Jerman, pada Juni tahun mendatang.
Sebelumnya, Indonesia sudah mengamankan dua tiket ke Olimpiade untuk nomor recurve putra dan putri yang diraih berdasarkan slot entry by number di Kejuaraan Dunia 2019 di Belanda, Juni lalu.
Kusuma juga berpesan kepada para atlet panahan saat ini bahwa tantangan saat ini berbeda dengan pada zamannya dulu. Menurut dia, salah satu ganjalan terbesar yang bisa mengganggu prestasi atlet adalah gadget dan media sosial.
"Kalau saya lihat atlet sekarang, abis latihan satu sesi langsung pegang handphone dan itu bisa menganggu konsentrasi," kata mantan atlet yang kini jadi pelatih panahan Sulawesi Selatan.
Ia juga menambahkan, kalau tim panahan ingin meraih prestasi di Olimpiade 2020, pelatih nasional harus tegas kepada atlet soal penggunaan gadget selama latihan. Ia memberi saran setiap latihan harus ada komitmen dari atlet untuk mengumpulkan handphone setiap menjelang latihan. Ini agar bisa fokus memperbaiki teknik.
"Kalau kami dulu sampai di mess pun pikirannya cuma soal busur, apalagi kalau habis kena marah pelatih, pasti yang dipikir itu kesalahannya di mana ya," tuturnya.
IRSYAN HASYIM