TEMPO.CO, Jakarta - Novak Djokovic mengatakan siap absen di ajang Grand Slam French Open dan Wimbledon jika vaksinasi Covid-19 menjadi syarat wajib. Meski menolak untuk mendapat suntik vaksin, ia tidak menentang kebijakan vaksinasi setiap negara.
"Saya memahami konsekuensi dari keputusan saya. Saya mengerti bahwa dengan tidak divaksinasi hari ini, saya tidak dapat melakukan perjalanan ke sebagian besar turnamen saat ini. Ya, itulah harga yang bersedia saya bayar" kata Djokovic dikutip dari Reuters, Selasa, 15 Februari 2022.
Aturan vaksinasi untuk warga asing, sebelumnya, membuat Djokovic gagal mempertahankan gelarnya di Australian Open 2022. Pemerintah Australia melarangnya masuk ke negara tersebut. Ia pun dideportasi setelah melewati dua persidangan atas pembatalan visanya selama 11 hari.
Petenis asal Serbia berusia 34 tahun itu kehilangan kesempatan untuk menjadi petenis putra tersukses sepanjang masa dengan 21 gelar Grand Slam. Djokovic berharap dapat berkompetisi kembali. Namun, bagi Djokovic, kebebasan memilih untuk suntik vaksin atau tidak, lebih penting daripada gelar grand slam apa pun.
Meski menolak suntik vaksin, Djokovic memastikan bahwa ia sudah menjauhkan diri dari gerakan anti-vaksinasi. Dia tetap berpikiran terbuka untuk menerima suntikan. "Saya tidak pernah menentang vaksinasi," kata Djokovic.
"Tapi saya selalu mendukung kebebasan untuk memilih apa yang Anda masukkan ke dalam tubuh Anda. Saya mengerti bahwa secara global, semua orang berusaha keras untuk menangani virus ini dan berharap, semoga, virus ini segera berakhir," ujarnya.
Djokovic, yang memenangi Wimbledon dan French Open tahun lalu, akan kembali beraksi di turnamen ATP di Dubai pekan depan. Turnamen itu menjadi turnamen pertamanya tahun ini setelah dideportasi dari Melbourne menjelang Australian Open. Absennya Djokovic memberi peluang Rafael Nadal meraih gelar Grand Slam ke-21 dalam kariernya.
"Saya benar-benar sedih dan kecewa dengan bagaimana semuanya berakhir bagi saya di Australia. Itu tidak mudah. Alasan saya dideportasi karena Menteri Imigrasi menggunakan wewenangnya untuk membatalkan visa saya berdasarkan persepsinya bahwa saya mungkin menciptakan sentimen anti-vaksin di negara atau di kota tersebut, yang sama sekali tidak saya setujui," kata Novak Djokovic.
Baca juga : Ranking Terbaru Tenis Dunia: Djokovic Masih Nomor Satu, Posisinya Rawan Tergeser