TEMPO.CO, JAKARTA - Siapa tak tahu kehebatan Roger Federer di dunia tenis? Ia adalah mantan petenis nomor satu yang kini masih mampu berprestasi di usia 36 tahun, bahkan menduduki peringkat dua dunia.
Petenis asal Swiss itu mengakui prestasinya tak lepas dari rasa marah yang dialaminya saat masih muda. Federer mengungkapkan, saat masih belia, setelah mengikuti sebuah turnamen tenis, pelatihnya memberitahu bahwa ia tidak memiliki masa depan di olahraga ini.
“Pelatih turnamen pertama saya mengatakan ‘Kamu bisa mendapatkan kopi di bar dengan tangan itu. Kamu bukan anak yang berbakat’,” ujar Federer pada The Express.
Penilaian itu sangat memukul Federer. “Orang itu telah menumbuhkan kemarahan dan sedikit mengubah kepribadian saya. Saya bangun pada malah hari dan memukul dinding ratusan kali,” kata dia.
Emosi itu pula yang kemudian membantunya menemukan performa terbaik di lapangan. Tapi, ironisnya, hal tersebut juga mengancam kariernya saat itu. Ketidakmampuannya mengontrol emosi, menyebabkan masa-masa di kelas junior jatuh.
“Hari ini semua orang melihat saya pendiam. Tapi karier saya dimulai dengan kurang mulus,” kata Federer.
Masa muda Federer dipenuhi oleh luapan emosi, sumpah serapah, dan pelilaku kekanakan lainnya. Dia bahkan diketahui cenderung goyah saat berada di bawah tekanan. Begitu belajar mengendalikan amarahnya, dia kemudian mendominasi tenis di kelas junior saat itu.
Roger Federer merupakan petenis kelahiran 8 agustus 1981, di Swiss. Ia sempat menjadi petenis putra peringkat 1 dunia, dari Februari 2004 hingga Agustus 2008.
THE EXPRESS | GIVE ME SPORT | NAWIR ARSYAD AKBAR