TEMPO.CO, Jakarta - Bursa calon Ketua Umum PP Pertina masa bakti 2016-2020 mulai bermunculan jelang Musyawarah Nasional (Munas) PP Pertina yang akan berlangsung 28-29 April, di Makassar, Sulawesi Selatan.
Beberapa nama yang diprediksi akan bertarung memperebutkan kursi Ketua Umum masa bakti 2016-2020 itu di antaranya Komjen (Pol) Syafruddin, yang kini mengemban tugas sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian. Ada pula nama Brigjen (Pol) Johny Asadoma dan Pengusaha Media MNC Group Hary Tanoesoedibyo.
Ketua Umum PP Pertina Reza Ali mengakui munculnya ketiga nama calon penggantinya itu. Bahkan Reza tidak bersedia untuk dicalonkan kembali dan akan memberikan tongkat estafet ketua umum baru yang akan dipilih pada Munas nanti.
“Pokoknya calon sudah ada dari bintang satu, bintang tiga, dan juga pengusaha,” kata Reza, politikus dari Partai Demokrat.
Dari tiga nama tersebut, Johny Asadoma paling sering disebut sebut bakal calon yang akan diusung pada Munas Pertina, April mendatang. Ketua Harian Pertina DKI Jaya Hengki Silatang membenarkan nama Johny Asadoma adalah nama paling santer yang beredar di kalangan Pertina.
“Saya optimistis Johny mampu memimpin Pertina ke depan, dan saat ini dukungan untuk dia sudah ada 19 suara. Saya optimistis Johny akan bisa terpilih menjadi ketua,” ujar Hengki, yang juga anggota Humas KONI Pusat.
Hengki menambahkan Johny bukanlah figur di kalangan tinju amatir indonesia. Pria kelahiran Nusa Tenggara Timur itu, selain pernah mengemban tugas penting di Internal Polri, berlatar belakang petinju amatir.
Tercatat sejumlah prestasi berhasil diukir pria kelahiran Denpasar, 8 Januari 1966, itu di antaranya merebut medali emas di kelas layang Sea Games XII 1983 di Singapura serta emas Piala Presiden VII di Jakarta pada 1984. “Dengan prestasinya yang cukup cemerlang di pentas tinju amatir, rasanya pantas ia menjadi calon ketua umum,” tambah Hengki.
Sementara itu, internal Pertina sendiri cenderung mengusung Hary Tanoesoedibyo untuk menggantikan Reza Ali. “Pak HT sangat pas menjadi Ketua Umum karena aktif membantu pendanaan Pertina setiap bulannya,” ujar sumber di Pertina yang tidak ingin disebutkan namanya.
Siapa pun yang akan terpilih menjadi Ketua Umum Pertina ke depan akan memikul tugas dan beban yang tidak ringan. Absennya cabang tinju amatir di Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012 menjadi pekerjaan rumah pengurus baru nantinya mengingat prestasi tinju amatir di kancah Olimpiade terbilang cukup menjanjikan, yakni menembus delapan besar atau perempat final melalui Fery Moniaga di Olimpiade Muenchen 1972, Albert Papilaya di Olimpiade Barcelona 1992, dan La Paene Massara di Olimpiade Atlanta 1996.
Selain itu, prestasi tinju amatir di tingkat Sea Games dan Asian Games harus menjadi prioritas kepengurusan yang baru. Setelah era Bonix Saweho, praktis tidak ada lagi emas di arena Sea Games. Begitu juga Asian Games terakhir kali diukir Pino Bahari pada Asian Games Beijing 1990.
PIPIT