TEMPO.CO, Jakarta - Penyelenggaraan Asian Para Games 2023 Hangzhou resmi berakhir dengan upacara penutupan yang digelar di Hangzhou Olympic Sports Centre, Cina, Sabtu malam, 28 Oktober 2023.
Upacara penutupan Asian Para Games 2023 berlangsung dalam cuaca yang cerah. "Siapa yang mengira bahwa langit malam ini begitu cerah, begitu indahnya, di hari penutupan Asian Para Games 2022. Hangzhou telah menjadi tempat yang indah untuk penyelenggaraan ini," kata Presiden Komite Paralimpiade (APC) Asia Majid Rashed.
Ia mengapresiasi negara-negara yang berpartisipasi pada Asian Para Games edisi keempat ini. Terlebih, terdapat 283 rekor Asian Para Games yang terpecahkan, serta 72 rekor Asia, dan 21 rekor dunia yang dibukukan oleh para atlet yang berlaga di panggung olahraga untuk atlet disabilitas terbesar se-Asia ini.
"Kita semua sudah melihat perjuangan 468 atlet yang berlaga di Asian Para Games ini. Kami yakin bahwa semua penonton dan pendukung di sini terinspirasi dengan penampilan mereka," kata Rashed.
"Penampilan dan pencapaian mereka menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita berjuang dengan determinasi dan keberanian," ujarnya menambahkan.
Upacara penutupan Asian Para Games 2022 Hangzhou juga menyoroti keindahan solidaritas negara-negara di benua Asia, serta bagaimana inklusivitas merupakan hal yang harus terus diperjuangkan, termasuk di dunia olahraga.
"Kami tidak akan lupa bagaimana rasa hormat, inklusivitas, dan harmoni dari masyarakat Asia dengan gamblang ditunjukkan di Asian Para Games. Kita semua dapat bertemu dan bertegur sapa satu sama lain di tengah keindahan West Lake," kata Ketua Federasi Masyarakat Disabilitas China Cheng Kai.
Suasan Upacara Penutupan
Bagaikan puisi kuno Cina yang dalam, penyelenggaraan Asian Para Games 2022 Hangzhou resmi ditutup dengan pesan yang sarat akan makna, bahwa olahraga juga membawa kebahagiaan serta solidaritas bagi banyak orang dan bangsa.
Pada upacara penutupan ragam tempat ikonis sebagai latar dilengkapi dengan koreografi dan penataan cahaya nan cantik segera mencuri perhatian para penonton dan membawa rasa haru.
Tak lama, pertunjukan teatrikal dimulai. Terdapat seorang gadis yang tengah menari dengan penuh perasaan di tengah Danau Xu (West Lake) yang megah dan legendaris.
Lalu, kelopak-kelopak bunga lily berwarna pink bertebaran kemudian menyatu dengan kilau cahaya yang mengelilinginya -- sebelum akhirnya mereka berpencar lagi dan mengantarkan sang gadis kembali untuk pulang.
Penampilan ini sekaligus memperkenalkan kepada para penonton tentang tradisi China yaitu mempersembahkan puisi sebagai hadiah saat sahabat berpisah.
Kebiasaan untuk menulis puisi untuk teman-teman yang akan melakukan perjalanan sendiri merupakan sebuah tradisi di era China kuno. Hal itu untuk menunjukkan kasih sayang, kerinduan, dan kesedihan mereka, di antara banyak emosi lainnya.
Disajikan pula kostum dan koreografi upacara penutupan yang telah dirancang dan dibuat sedemikian rupa untuk menampilkan keindahan dan gambaran puisi China.
Dalam satu adegan, para pemain secara kolektif membacakan baris-baris syair "Bie Li ()" atau "Perpisahan" karya penyair terkenal Dinasti Tang (618-907) Lu Guimeng.
"Seorang pahlawan mungkin akan menyeka air matanya, namun tidak ketika ia berpisah dengan para teman-teman sesama pejuang."
"Tapi, dengan hati yang kuat, tak ada rasa penyesalan untuknya berpisah," demikian penggalan puisi tersebut.
Kisah romantis tersebut terwujud sepenuhnya dalam penampilan bertajuk "Tea for Farewell" yang juga merupakan sebuah tradisi Tiongkok yang sudah dihormati sejak ribuan tahun lalu.
Sementara itu, Asian Para Games edisi kelima akan digelar pada tahun 2026 di Aichi, Nagoya, Jepang.
Seperti apa kiprah Indonesia?