TEMPO.CO, Jakarta - Jadwal babak utama turnamen tenis Grand Slam Wimbledon 2023 akan berlangsung pekan depan, 3-16 Juli. Petenis Indonesia pernah memiliki jejak bagus dalam kejuaraan lapangan rumput ini.
Sejak era terbuka (Open) kompetisi tenis dimulai pada 1968, sejumlah wakil Merah Putih pernah ikut Wimbledon. Beberapa di antaranya mampu menembus perempat final turnamen bergengsi ini.
Inilah para atlet Indonesia tersebut:
1. Lanny Kaligis/Lita Liem
Prestasi signifikan pertama delegasi Indonesia dalam ajang Wimbledon terjadi pada 1971 lewat pasangan ganda putri, Lanny Kaligis/Lita Liem. Kala itu, keduanya mampu menembus perempat final nomor ganda putri Wimbledon 1971 sebelum dihentikan Rosie Casals/Billie Jean King (Amerika Serikat).
Kekalahan mereka tak mengejutkan. Rosie Casals/Billie Jean King bukan lawan sembarangan karena berstatus sebagai unggulan pertama dan akhirnya mampu memenuhi proyeksi jadi juara.
Setelah Lanny Kaligis/Lita Liem menembus perempat final ganda putri Wimbledon 1971, Indonesia menunggu lama untuk menorehkan prestasi signifikan di ajang tersebut.
2. Yayuk Basuki
Pada 1987, tenis Indonesia kembali dapat sorotan usai Yayuk Basuki menembus perempat final tunggal putri junior Wimbledon. Meski tersingkir di delapan besar usai dikalahkan Natasha Zvereva (Uni Soviet), kehadiran Yayuk Basuki saat itu jadi sinyal positif tersendiri bagi tenis Indonesia.
Usai kemunculan menjanjikan pada 1987, ia mampu meneruskan di level senior dengan menembus perempat final Wimbledon 1996 nomor ganda putri. Berpasangan dengan Caroline Vis (Belanda) langkah Yayuk Basuki terhenti usai kalah 1-6, 4-6 dari unggulan kedua, Gigi Fernandez (Amerika Serikat)/Natasha Zvereva (Belarus).
Setahun berselang, Yayuk Basuki kembali menorehkan tinta sejarah untuk Indonesia dengan menembus perempat final Wimbledon di dua nomor sekaligus. Ia menembus perempat final Wimbledon 1997 untuk nomor ganda campuran saat berpasangan dengan Tom Nijssen (Belanda).
Langkah mereka terhenti usai dikalahkan pasangan Republik Ceko, Cyril Suk/Helena Sukova, yang pada akhirnya tampil sebagai juara.
Pada edisi penyelenggaran yang sama, prestasi lebih mentereng diukir Yayuk Basuki karena mampu menembus babak delapan besar nomor tunggal putri. Meski juga terhenti di perempat final, pencapaian individu Yayuk Basuki pada nomor tunggal dianggap (oleh mayoritas insan tenis) lebih bergengsi ketimbang ganda.
Perjuangan Yayuk Basuki pada nomor tunggal putri Wimbledon 1997 sendiri terhenti di perempat final usai kalah 3-6, 3-6 saat bersua Jana Novotna (Republik Ceko). Novotna yang berstatus unggulan ketiga mampu melaju hingga final sebelum kalah 6-2, 3-6, 3-6 di tangan favorit juara, Martina Hingis (Swiss).
Bagi Yayuk Basuki, menembus perempat final tunggal putri Wimbledon 1997 tentu jadi salah satu highlight dalam karier tenis profesionalnya sebelum pensiun pada 2013.
3. Wynne Prakusya
Sebelum era Yayuk Basuki benar-benar berakhir, proses regenerasi tenis Indonesia berhasil melahirkan sejumlah petenis muda potensial terutama di sektor putri. Romana Tedjakusuma salah satunya. Ia sempat mencicipi semifinal ganda putri junior Wimbledon 1993 bersama Park Sung-hee (Korea Selatan)
Kemudian ada dua nama nama yang mencuri perhatian dan mencuat ke permukaan: Wynne Prakusya dan Angelique Widjaja.
Wynne Prakusya lebih dulu muncul ke permukaan saat berhasil menembus perempat final Wimbledon 1998 di dua nomor kategori junior. Petenis kelahiran Solo itu menembus perempat final nomor tunggal putri junior sebelum dikalahkan Tina Hergold (Slovenia).
Di nomor ganda putri, Wynne Prakusya yang berpasangan dengan Eric Krauth (Argentina) dikalahkan Eva Dyberg (Denmark)/Jelena Kostanic (Kroasia).
Selanjutnya: Angelique Widjaja....