Skuad 26 pemain
Tapi masalah lain muncul di Skotlandia setelah otoritas di sana mengeluarkan aturan yang mengharuskan seluruh tim dikarantina jika satu pemain saja positif terpapar COVID-19. Ini memaksa UEFA membatalkan rencana Republik Ceko dan Kroasia berbasis di Skotlandia.
Skotlandia sendiri menyatakan akan berlatih di England atau Inggris. (Kebanyakan orang kadung menyamakan Britania Raya atau United Kingdom dengan Inggris, padahal Inggris adalah salah satu negara dalam United Kingdom selain Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara).
Tapi dua hari setelah mengumumkan akan berlatih di Inggris, Skotlandia mengungkapkan salah satu pemainnya terpapar COVID-19. Akibatnya tujuh pemain terpaksa dikarantina sehingga tak bisa bertanding melawan Belanda dalam laga persahabatan.
Mengutip New York Times, kasus Skotlandia ini mendorong UEFA mengubah aturan jumlah skuad final Euro, dari biasanya 23 pemain menjadi 26 pemain, untuk memastikan semua tim cukup pemain ketika terjadi kejadian tak terduga termasuk ada pemain yang terpapar COVID-19.
Masalah lain muncul dan kali ini menyangkut salah satu pertandingan perempat final yang diadakan di Munchen pada 2 Juli. Ada kemungkinan salah satu tim itu adalah adalah Inggris. Jika skenario ini sampai terjadi, masalah bisa timbul, mengingat Inggris adalah salah satu negara yang dilarang masuk oleh Jerman, khususnya terkait membendung penyebaran varian baru dari Inggris.
Namun UEFA sudah siap dengan semua skenario. Mereka sudah berpengalaman menghadapi keadaan-keadaan tak terduga, misalnya saat terpaksa memindahkan tempat-tempat pertandingan Liga Champions dua tahun berturut-turut.
Kini Ceferin berharap kepada PM Inggris Boris Johnson agar mau memberi lampu hijau untuk hadirnya penonton dalam skala penuh di Stadion Wembley yang menjadi venue partai final Piala Eropa 2020. Dan Johnson pada 21 Juni bakal mengumumkan pencabutan segala aturan pembatasan sosial tersisa di Inggris Raya.
Sampai detik ini Euro 2020 terlihat bakal mulus-mulus saja sekalipun pandemi yang naik turun bisa kembali menciptakan masalah. Tetapi UEFA sepertinya sudah siap menghadapinya. "Kami harus selalu siap dengan rencana B, C atau D," kata Martin Kallen.
Baca Juga: Mengenal 11 Stadion dan Kota Tuan Rumah Euro 2020