“Itu hanya cara instan. Seharusnya usaha untuk meningkatkan prestasi bukan melalui cara itu, tetapi dengan meningkatkan pembinaan,” kata Patar Tambunan, mantan pemain era 1980-an. “Perbanyak saja lapangan sepak bola di Indonesia. Nanti juga akan jadi sendiri.”
Patar menilai naturalisasi pemain juga tidak akan meningkatkan pretasi sepak bola Indonesia secara signifikan. Pasalnya pemain yang akan dinaturalisasi bukan merupakan pemain kelas satu di Eropa. “Untuk tingkat Asia Tenggara bisa saja naturalisasi mendongkrak prestasi kita. Tetapi untuk Asia dan dunia agak sulit kalau yang dinaturalisasi bukan pemain Eropa kelas satu. Mungkin PSSI ingin cara cepat meningkatkan prestasi kita. Tapi cara yang tepat sesungguhnya bukan melalui itu,” lanjut asisten pelatih Persija U-21 itu.
Penilaian yang sama dinyatakan mantan pemain nasional lain, Risdianto. Ia menilai naturalisasi hanya merupakan jalan pintas. Risdianto juga menyatakan bahwa cara terbaik meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia adalah meningkatkan pembinaan, terutama pembinaan usia muda. “Harus ditemukan cara terbaik untuk melakukan pembinaan pemain muda. Dan cara itu harus dilakukan. Saya sendiri tidak tahu caranya seperti apa,” kata pemain yang mulai membela Tim Merah Putih di akhir 1970-an itu.
Sugih Handarto alias Han Liang Gie, mantan asisten pelatih legendaris Indonesia asal Belanda, Wiel Coerver, bahkan mengatakan tidak sependapat rencana naturalisasi. “Saya tidak sependapat. Lebih baik menciptakan bintang-bintang sendiri yang asli Indonesia,” kata pelatih yang kini berusia 76 tahun itu. “Pemain naturalisasi belum tentu bisa memberikan kemampuan 100 persen buat Indonesia,” lanjutnya.
ARIS M