TEMPO.CO, Jakarta - Tim ahli gizi PBSI berharap atlet bulu tangkis yang kembali ke rumah bisa menjaga asupan gizi menjelang Olimpiade Tokyo 2021. Menurut anggota tim gizi PBSI Paulina Toding, asupan gizi perlu dijaga terutama untuk para atlet yang tidak tinggal di asrama.
"Inilah pentingnya edukasi dan konseling personal. Karena atlet yang pulang ke rumah kan tidak mungkin kami mengawasi 24 jam. Jangankan yang pulang ke rumah, yang di asrama PBSI itu juga sulit kami mengawasi," kata dia dalam bincang-bincang virtual terkait asupan gizi atlet di bulan Ramadan, Rabu, 21 April 2021.
Saat ini, tak semuanya atlet bisa tinggal di Mess Pelatnas Bulu Tangkis Cipayung. Atlet yang tidak berada di asrama adalah atlet yang sudah menikah. Selepas jam latihan, atlet seperti Mohamad Ahsan, Hendra Setiawan, Marcus Fernaldi Gideon, dan Hafiz Faizal, biasanya memilih kembali ke rumahnya masing-masing.
Bahkan Kevin Sanjaya Sukamuljo pun tak jarang kembali ke rumah karena jarak yang dekat dengan tempat pelatnas. Kondisi ini, kata Paulina, membuat tim dokter tidak bisa mengawasi mereka secara terus menerus, termasuk ketika para atlet yang menjalankan ibadah puasa Ramadan.
Menurut Paulina, dalam kondisi seperti itu, yang terpenting adalah pengetahuan dari atlet. Ia mengaku rutin mengedukasi segala informasi berkaitan jumlah porsi dan jenis makanan untuk para atletnya. "Berapa banyak jumlahnya? Komposisinya yang benar seperti apa? Kemudian pengaturan jenis karbohidratnya. Apakah karbohidrat kompleksnya bagaimana? Itu yang penting," kata dia.
Anggota tim gizi PBSI lainnya, Vetinly mengatakan bahwa sejumlah atlet sudah mulai menyadari pentingnya asupan gizi untuk performa di lapangan. Dalam pertemuan dengan atlet, ia bercerita, terdapat atlet yang mengaku sering menyimpan camilan di kamarnya masing-masing.
"Kemarin waktu pertemuan per sektor kami sudah tanya dan mereka cerita ada cokelat, biskuit. Tapi dengan diberikan edukasi dan konseling serta melihat data pemeriksaan, diharapkan mereka sudah lebih tahu," kata dia.
Vetinly menyebutkan cemilan itu kelihatan kecil tapi mengandung kalori dan gula yang tinggi. Jika dimakan pada saat malam, kata dia, serapan gizi dari makanan berpotensi tertumpuk menjadi lemak. Menurut dia, program edukasi soal pola konsumsi yang sehat bakal rutin dilakukan.
"Memang hasil pemeriksaan ini harusnya diulang supaya mereka tahu dengan sudah mengubah pola makan, mengubah kebiasaan camilan, dengan makan yang kami atur, dan latihan sudah lebih intensif, itu akan dilihat bagaimana persentase lemaknya," ujar Vetinly.
BACA JUGA : Bulu Tangkis: PBSI Selesaikan Fase Uji Fisik Sektor Ganda Putra, Ini Targetnya